Rabu, 04 Agustus 2021

Banyu

"Cukup mas, aku sudah gak bisa"

"Jangan bicara begitu Nin, kamu pasti bisa maafin aku"
"Lagi?" teriak Anin, 
"Aku sudah gak bisa mas, aku bosan dengan semua pengkhianatanmu, aku sudah bosan menutup mata, aku bosan menangis sendirian sementara kamu sibuk dengan gadis-gadismu diluaran sana". 
"Tapi aku yang gak bisa kalau kamu gak ada Nin"
"Gak bisa kenapa? Karna gak ada lagi perempuan bodoh yang bisa dengan tenang melihat semua pengkhianatan kamu? Karna gak ada lagi perempuan bodoh yang tetap ada disisi kamu dan tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa? Itu mau kamu mas?"

Hening, Banyu hanya diam. Dalam hati dia menyadari, dia sudah terlalu lama menyakiti hati Anin. Tapi kali ini dia benar-benar menyesal. Dan disaat dia menyesali semua perbuatannya dan berjanji untuk setia, Anin justru berkata lelah dan tak mau lagi bertahan, lalu dia bisa apa.

Demi melihat diamnya Banyu, Anin bertambah yakin untuk benar-benar pergi, hatinya sudah lelah memaafkan Banyu berkali-kali namun tetap dikianati berkali-kali juga. Entah sudah berapa nama yang hadir didalam hubungan meraka, dari satu, dua, tiga, lalu entah berapa. Dulu Anin hapal nama-nama itu secara berurutan, sekarang tidak lagi, mungkin Anin butuh buku untuk mencatatnya. Cukup sudah, Anin sudah benar-benar muak. Walau hatinya masih menyayangi Banyu, kali ini Anin enggan untuk bertahan.  
 
Masih jelas di ingatan Anin, ketika seorang perempuana datang ke kosannya. Perempuan yang tidak begitu cantik menurut Anin, tapi cukup modist untuk ukuran perempuan seumurannya. Perempuan yang dia tidak kenal sama sekali namun tiba-tiba melabraknya begitu saja. Berteriak dan menuduh Anin sudah merebut mas Banyu darinya. Anin hanya diam dan tidak menjawab. Teman-teman kosannya yang memang sedang makan siang di kantin ibu kos, mau tidak mau ikut menyimak teriakan perempuan yg ternyata bernama Gendis itu. Ketika akhirnya Banyu datang menyusul Gendis, Banyu bukannya meluruskan, malah meminta Anin untuk mengalah.

"Gendis cemburu Nin, dia mengira kita masih ada hubungan, jadi kamu maklumin aja ya"
Hah... apa dia bilang? maklum? lalu sejak kapan kami masih atau sudah tidak ada hubungan?
"Seharusnya aku yang marah mas, bukan dia" balas Anin, 
"Jangan ngomong begitu Nin, kalau mbak-mu ini tambah ngambek, mas yang repot" 
Anin melotot demi mendengar ucapan Banyu, "tolong bawa dia pergi mas, aku gak mau jadi tontonan seperti ini, kalau dia butuh penjelasan, silahkan mas jelaskan sendiri. Terserah mas mau ngomong apa ke dia, aku gak peduli mas. Mau itu kejadian sebenarnya atau kebohongan mas, terserah, aku gak peduli"
"Ya sudah, mas pamit ya" sahut Banyu sambil mengulurkan tangan yang langsung disambut dan dicium Anin seperti biasanya. Respon yang segera Anin sesali di detik berikutnya. Kebodohan kesekian yang Anin lakukan. 

Itu baru sedikit cerita tentang kecemburuan Gendis. Cemburu hanya karna pesan kecil yang Anin tempel di pintu kamar kosan Banyu. Kertas kecil yang bertuliskan "Mas, dicari ibu". Bagian mana yang membuat dia cemburu? Karna ibu mencari mas Banyu dan menelponku? Salah sendiri, kenapa tidak minta mas Banyu untuk dikenalkan ke ibu. Lagipula mas Banyu gak akan pernah mengenalkan gadis-gadisnya ke ibu, cukup aku saja yang ibu tau. Cukup aku saja yang selalu dicari ibu kalau ibu gagal menelpon mas Banyu. Cukup aku saja yg jadi tempat ibu menitip pesan untuk mas Banyu. 

Dan bukan kali itu saja, masih banyak lagi ulah Gendis yang membuat Anin malu dan membuat hati Anin sakit. Ulah yang selalu dibela Banyu dengan alasan Gendis cemburu. Gendis yang selalu Banyu sebut ''mbak" ke Anin. Tapi Anin malas memanggilnya mbak. Gendis terlalu manja, kekanak-kanakan. Tidak mencerminkan umurnya yang 5 tahun lebih tua dibandingkan Anin.

Lain waktu, Gendis juga pernah marah waktu ibu kos mas Banyu salah menyapanya dengan nama Anin. Anin yang sedang tidur siang dan terbangun karna dering hp, langsung kaget menerima omelan Gendis. Gendis menelpon Anin menggunakan hp mas Banyu. Tapi kali itu Anin tertawa puas dan membuat Gendis makin jengkel sampai membanting hp. 

Dan itu baru tentang Gendis. Belum tentang Dhatu, Harini, Jenar, Kanaya dan entah siapa lagi. Anin malas mengingat nama-nama itu. 

Hubungan Anin dan Banyu memang aneh. Dibilang pacaran kalau Banyu sedang tidak punya perempuan lain. Lalu Anin bisa berubah menjadi adik kalau Banyu sedang dekat dengan perempuan lain atau punya pacar lain. Dan kembali lagi menjadi pacar kalau Banyu sudah bosan dengan pacar barunya. Dan itu terus berulang selama hampir satu tahun terakhir, sejak Anin memutuskan untuk menyusul Banyu ke kota ini. Satu-satunya keputusan yang akan Anin sesali seumur hidupnya.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar