Rabu, 30 November 2011

Abim, Papa dan J' Co

Ini kejadian hari Jum'at yang lalu, 25 Nov 2011.

Pagi hari, seperti hari - hari sebelumnya, Abim nganter papa yang mo berangkat kerja sampai depan pintu. Abim cium tangan papa, trus papa cium pipi Abim, Ibam - mama juga cium tangan papa.
Trus papa bilang "papa kerja dulu ya"
"ati - ati ya pa, Abim gak nakalin adek kok pa"
Papa senyum, trus "Assalamu'alaikum"
Abim "kum calam"
Trus adek Ibam heboh deh dadah - dadah sama kissbye.
Ritual pagi yang selalu berulang setiap hari. 
Tapi pagi itu, setelah papa berangkat, Abim tiba - tiba bilang "papa kan nanti pulang bawa donat ma"
"o ya? emang tadi Abim udah titip sama papa?", tanyaku
"udah"
"gimana bilangnya?"
"pa, nanti aku dibeliin donat ya...gitu" sambil senyum
"trus papa bilang apa?"
"iya....gitu kata papa ma"
Aku tersenyum sambil mikir, perasaan tadi Abim gak titip donat deh sama papa.... Mungkin lebih baik klo aku sms papa, biar Abim gak kecewa. Untuk urusan yang seperti ini, papa harus diingetin, apalagi klo papa beneran janji bawain donat. Klo sampe gak dibawain, Abim bisa nagih terus.

Selasa, 29 November 2011

Kok bisa di Caesar sih T_T

Malammmmmmm all,

Malam ini aku mau bagi pengalaman tentang proses persalinanku yang kedua. Pada kesempatan kedua yang diberikan oleh Allah kali ini, ada beberapa hal yang aku sesali, dan itu adalah akibat dari kelalaianku sebagai seorang Ibu, makanya aku share ke temen - temen, biar gak ngalamin hal yang sama, xixixi. Aku melahirkan anak kedua-ku di Rumah Sakit Pusri Palembang, pada Senin, 06 Desember 2010, pukul 22.42 WIB bertepatan dengan 1 Muharram 1432 H. Berbeda dengan proses kelahiran Abim yang cenderung ramai lancar tanpa hambatan (walaupun aku hampir jadi korban dokter gila, nti aku ceritain ya...), kelahiran anak keduaku ini lebih seru. aku butuh waktu 12 jam untuk melahirkan.

Bulan Maret 2010, aku menyadari bahwa aku kembali mengandung, lalu aku dan suami memutuskan untuk mencari dokter yang prakteknya dekat dengan rumah, biar gak repot. Tapi aku gak mau kembali memeriksakan diri di RSUD dekat rumah tempat aku periksa kehamilan waktu hamil Abim, kapok, dan gak mau jadi korban dokter aneh lagi.

Setelah bertanya kanan kiri dan menyimak pengalaman seorang teman yang berdomisili di Jakarta Timur juga, aku memutuskan untuk memeriksakan diri pada dokter yang membantu sang teman pada persalinan pertamanya. Sang dokter praktek di daerah cililitan, dekat PGC. Setelah pulang kerja, aku - pun janjian dengan suami untuk bertemu langsung ditempat praktek sang dokter. Kesan pertama, kok tempat prakteknya gelep ya...jadi menimbulkan kesan suram. Setelah antri cukup lama, tibalah giliranku untuk diperiksa sang dokter, kesan kedua, aduh ini bu dokter, unfriendly sepertinya, cara jawab pertanyaan agak gak bersahabat. Pulang dari periksa, aku bertanya pada suamiku tentang kesannya terhadap sang dokter, tepat seperti yang aku duga, suamiku hanya mengeluarkan satu pernyataan "cari dokter lain aja mam"... :), baiklah papa sayang....

Setelah merasa gak cocok dengan sang dokter, aku gak mau coba - coba lagi, dan suami juga langsung memutuskan agar aku periksa di Hermina aja. Klo dulu Abim lahir di Hermina Depok, maka kali ini
aku periksa ke Hermina Jatinegara. Dengan berat hati gak periksa ke dokter pujaan dan cari dokter lain, Hermina Depok terlalu jauh dari rumah. Di Hermina Jatinegara, aku memeriksakan diri pada Ibu dokter yang sudah cukup berumur, dan aku merasa nyaman ditangani oleh Bu dokter yang satu ini. Sampai umur kandungan 8 bulan, aku selalu rajin memeriksakan diri dan selalu ditemani oleh suami tercinta. Alhamdulillah, aku dan bayi dalam kandunganku sehat. Bu dokter yang baik, ramah dan selalu tersenyum membuat aku nyaman dan tenang. Setiap kali periksa, beliau selalu bilang klo kandunganku baik - baik saja, bayinya sehat dan semuanya normal. Lalu beliau menulis resep dan berpesan agar aku tak lupa untuk minum vitamin yang beliau berikan. Aku - pun tidak banyak bertanya dan merasa puas dengan pernyataan dari Bu dokter.

Memasuki usia kandungan 9 bulan, aku memutuskan untuk melahirkan di Palembang. Dengan alasan kasihan Abim yang masih terlalu kecil, klo di Palembang, ada kakek - nenek serta om dan tantenya yang bisa mengalihkan perhatiannya, yang bisa memberinya perhatian lebih, sehingga Abim tidak perlu  merasa kekurangan perhatian dan merasa tersaingi oleh kehadiran sang adik. Alhamdulillah, suamiku memberi izin, jadilah aku dijemput papa dan mama, suamiku juga ikut mengantar ke Palembang. Saat baru tiba untuk menjemputku di jakarta, mama mengaku kaget melihat perutku yang menurut mama terlalu besar. Bahkan mama sempat mengira klo aku mengandung anak kembar, haduh...

Sesampai di Palembang, aku langsung memeriksakan diri ke salah satu dokter kandungan yang "punya nama" di Palembang. Tapi baru periksa sekali, aku langsung emoh periksa kesana lagi, karna sang dokter ragu kalau aku bisa melahirkan lewat persalinan normal. Aduh....aku gak mau di caesar, pindah dokter aja.... Begitu pindah dokter yang kedua, pak dokter ganteng cuma bilang "InsyaAllah, moga2 bisa lewat proses normal", tambah syok.... Beberapa hari menjelang persalinan, aku mulai ragu dan mulai dapet felling  klo bakal di caesar, tapi aku gak mau pasrah, aku tetep harus usaha lahiran spontan.

Tibalah hari H, pukul 10 pagi air ketuban mulai merembes, lalu ditemani tante, aku segera ke RS. Pusri, suamiku saat itu berada di Jakarta dan baru akan tiba di Palembang sore hari. Pukul 1 siang, pembukaan sudah mencapai bukaan 6, Alhamdulillah, tapi setelah itu kok gak nambah - nambah ya? aku berusaha tenang dan mikir positif, "si dedek nunggu papa dateng kali ya, kan papa dah janji mau nemenin mama pas lahiran". Saat adzan Maghrib berkumandang, suamiku tiba di rumah sakit. Dan si dedek seolah tau klo papa dah dateng, bukaan yang tadinya gak mau nambah, perlahan tapi pasti menuju bukaan 9. Dannnnn.....bukaan lengkap tepat pukul 10 malem, and then:
Bidan: "ayo ngeden bu"
Aku: "gak bisa bu"
Bidan: "ibu masih inget kan caranya?"
Aku: "masih"
Bu Bidan memegang perutku, "mulesnya ilang ya bu", aku hanya mengangguk.
"sebentar ya bu, saya panggil dokternya dulu"
Pak Dokter dateng dan langsung periksa, "maaf bu, harus caesar"
Aku langsung lemes, pasrah, gak ada jalan lain...

Setelah operasi selesai, aku baru tau kenapa harus operasi, si dedek kebesaran, jadi susah gerak dan gak bisa keluar. Ya Allah... berat 4.2 Kg dan panjang 53 cm....hehehe

Setelah aku runut ke belakang, aku menyadari, ini adalah buah dari kelalaianku. Selama hamil aku tak pernah banyak bertanya pada dokter kandunganku. Bu Dokter selalu bilang semua baik - baik saja. Pernyataan dari bu dokter, membuat aku tidak pernah bertanya tentang beberapa hal:
1. berapa berat bayi yang aku kandung?
2. bisakah kulahirkan lewat persalinan spontan?
3. perlukah aku mengurangi jumlah makanan yang aku santap ?
Tak satupun dari tiga pertanyaan tersebut aku tanyakan, karna aku merasa semua baik - baik saja. Dan kalau aku ingat lagi pengalamanku waktu melahirkan Abim, melahirkan tidaklah sulit. Hal itu juga yang membuat aku gak kapok dan langsung hamil lagi. Haduh..... Dan aku juga menyesalkan, kenapa bu dokter cantik tidak pernah mengingatkan. Tapi sudahlah, percuma disesali, diambil hikmahnya saja. Yang penting aku dan si dedek sehat selamat.

Jadi buat teman - teman para calon ibu, klo periksa kehamilan, banyak - banyak tanya, biar semua berjalan normal dan lancar seperti yang kita harapkan ^_^

Selasa, 22 November 2011

Tulisan Hati

Hari ini, kakek nenek Abim - Ibam tiba dari tanah suci Mekkah. Alhamdulillah, beliau berdua tiba di Tanah Air dengan keadaan sehat, selamat, tak kurang satu apapun seperti yang kami harapkan. Seneng banget denger suara kakek di telpon tadi, tapi langsung sedih waktu kakek nanya "Abim nak jemput kakek apo?" T_T. Gak bisa pulang, gak bisa peluk. Tadinya ada niatan mau pulang berdua Ibam aja, or papa aja berdua Abim. Tapi si papa gak bisa cuti. Pas bilang Abim klo mama mau ke Palembang sama Ibam, jawabnya "gak boleh", trus waktu mama pasang muka melas + ngerayu, jawabannya "Abim ikut ma", haduh.....

Mama kan gak mungkin pulang sendiri trus bawa Abim - Ibam, gimana caranya? Sedihnya....Padahal mama udah kangen berat sama kakek - nenek... *nangis sambil peluk bantal

Senin, 14 November 2011

Cintaku pada pandangan pertama - 1

Haaalllluuuuuu.... tangan udah mulai gatel mo pencet - pencet keyboard. But today, not about my Dewangga, i'm gonna tell u about my love.

Berbicara tentang cinta, aku termasuk dalam jajaran perempuan yang gampang jatuh cinta. Tapi itu dulu, jaman masih ABG, jaman cepet panik klo liat cowok kece, hehehehe. 

Pertama kali suka sama mahluk bernama pria waktu kelas 6 SD, parah ya...xixixi... SD sampai SMP aku bersekolah di Yayasan Sosial Pendidikan Pusri (YSPP). Untuk SMP, YSPP hanya punya satu SMP, tapi untuk SD, YSPP punya 2 SD, SD I dan SD II. Aku bersekolah di SD  I, dan si cowok di SD II. Lucu, klo gak sengaja papasan di perpustakaan, langsung heboh sama temen - temen, curi - curi pandang, klo ketauan lagi ccp, kabur...xixixi. Inget juga pas kerja bakti bersihin kelas, karna kelas aku bersebrangan sama tu cowok, jadilah aku cuma ngelap satu kaca yang menghadap langsung ke kelas si cowok tanpa mau pindah ke tempat lain, wkwkwkwk....genitnya. Cerita gak selesai sampai disitu. Kami ternyata melanjutkan ke SMP yang sama, iyalah, sama - sama anak Pusri, bedanya aku dikelas 1.2, dan dirinya di kelas 1.1, tapi untuk masa ini, rasa suka mulai hilang perlahan, tergantikan oleh wajah - wjah menarik lainnya. Dan juga karna ku tau, si cowok lebih asik dijadiin temen daripada pacar, dan sampai hari ini kami tetap berteman, huehehehe. Pernah satu waktu, ketika kami sudah sama - sama kuliah, si cowok dateng kerumah bersama teman - teman yang lain pas lebaran, dan ketika gak sengaja mengingat masa - masa sekolah, dia cuma inget satu kata untuk mendeskripsikan diriku, centil, wkwkwkwk.....

SMA dan kuliah, aku gak akan bercerita banyak tentang masa - masa ini, kelamaan, udah gak sabar buat cerita tentang cinta pada pandangan pertama.

Malam minggu, 1 Juli 2006. Om Rudi, adek mama, dateng dari Palembang bersama tante dan anak - anaknya. Mereka menginap dirumah kakak ipar om di cimanggis. Jadilah aku yang sejak Februari 2006 sudah tinggal dan kerja di Jakarta diminta dateng untuk temu kangen. Janjian ketemu sama om di Cijantung lalu langsung meluncur ke Cimanggis, disana aku berkenalan dengan keluarga budenya Rara (anak kedua om Rudi). Dan.....ada satu pria tampan yang tiba - tiba dikenalkan ke aku. tadaaaaa.....langsung cinta. Gombal ya, tapi emang gitu kondisinya. Nanti dilanjut lagi ya ceritanya, aku mo nostalgia sendiri dulu.....

Minggu, 13 November 2011

Celoteh Jagoanku - 3

Senin, 14/11/11, 09.40
Good Morning all....

Pagi yang cerah cenderung panas dimulai dengan Abim yang tiba - tiba berdiri diujung tidurnya sambil nangis + separuh teriak:

"Mama ayok...."
"Kemana Mas?"
"Ke Palembang..."

xixixi, sontak aku tersenyum kecil mendengar kata - katanya yang entah diucapkan setara sadar atau ngelindur. Perlahan kubimbing lagi Abim ke tempat tidur,

"Abim mau ke palembang?", tanyaku
"Iya..." dijawab sambil merem
"Nanti ya sayang, kan mama harus beli tiket dulu, klo tiketnya udah ada, baru kita ke Palembang, ya nak?", no respon, oalahhhhhh siganteng turu maning or bobo lagi, baiklah....

Setelah permintaan yang belum bisa dipastikan mimpi atau nggak, Abim bangun, lagi... Langsung maen sama Ibam dan Papa. Sadar klo hari sudah siang, si papa pun langsung ke kamar mandi, Abim yang belum puas maen langsung nyari:

"papa mana ma?"
"mandi sayang", Abim diem aja sambil liatin pintu kamar mandi, and then.....
"mama, aku mau ee*", mulai deh, alasan yang dicari2 buat ngerusuhin papa...
"iya, tunggu sebentar ya sayang, bentar lagi papa selesai"
"aku tunggu disini aja ya ma..." berdiri sambil mandangin pintu kamar mandi.... ampun deh. Dan setelah papa selesai mandi,


"Abim jadi ee*?" tanyaku
"nggak" ARRRRgghhhhhhh.................

Acara selanjutnya adalah, nganter papa berangkat kerja. Sejak Abim kecil, aku selalu membiasakan Abim untuk melepas papa - mamanya yang mau kerja (sekian bulan yang lalu mama masih kerja, sekarang masih berusaha untuk find another job, aamiin), nggak pake acara ngumpet - ngumpet, dan hebatnya, sejak kecil Abim gak pernah nangis klo papa - mama berangkat kerja, Abim justru nangis klo Mak Nje (pengasuh Abim) harus pulang setelah seharian nemenin Abim main T_T. Dari kebiasaan kecil itu ada banyak hal yang Abim pelajari. Seperti cium tangan papa - mama dan mengucapkan salam. Kebiasaan cium tangan juga selalu Abim lakukan klo Mak Nje mau pulang, klo ketemu kakek - nenek, eyang, kakung - nenek, para om dan tante. Alhamdulillah, hal yang tidak sulit untuk diajarkan dan menjadi kebiasaan.

Sewaktu Abim masih kecil dan belum bisa bicara, Abim cuma diem klo aku mau berangkat kerja dan berpesan:
"Abim yang pinter ya nak, makannya yang pinter, baik - baik dirumah ya", ketika Abim sudah bisa bilang "iya", bisa dipastikan Abim langsung menjawab "iya ma". 

Hari - ke hari, Abim makin pinter, kosa – katanya juga makin bertambah. Wejangan – wejangn yang aku sampaikan tiap akan berangkat kerja, tak hanya dijawab dengan kata – kata “iya”, tapi dijawab dengan kalimat – kalimat panjang dan ajaib. Komitmen awalku untuk selalu berusaha untuk tidak menggunakan kata “jangan” dan “tidak”, juga mulai aku langgar, seiring dengan makin banyaknya pertanyaan yang Abim lontarkan setiap aku akan berangkat kerja. Padahal, psikolog anak berpesan untuk tidak menggunakan kata “jangan” dan “tidak “ dan kata – kata negative lainnya demi perkembangan mental anak, tapi apa daya, ku langgar juga…hehehe.
 
Seiring waktu, pesan yang tadinya hanya sebaris, berubah jadi berbaris – baris, dan dijawab oleh Abim juga dengan kalimat berbaris – baris. Klo dulu kalimat "Abim yang pinter ya nak, makannya yang pinter, baik - baik dirumah ya" selalu dijawab dengan iya, ketika Abim besar, jawabannya menjadi: “iya, mama papa ati-ati ya, Assalamualaikum”
 
Sekarang, ketika personil dirumah sudah tambah satu, Ibam, wejangan papa bertambah:“Mas Abim yang pinter ya, Adek nya diajak main, jangan dinakalin”Dan Abim akan menjawab “iya pa”
 
Dan keajaiban yang terjadi pagi tadi akibat dari kebiasaan adalah:
 
“papa berangkat dulu ya, mas Abim yang pinter” 
Abim cuma diem seperting menunggu sesuatu, lalu:
“Papa, papa belum bilang: Abim jangan nakalin adek ya” 

wkwkwkwkwk…. Abim…Abim…..

Note: so, hal-hal kecil yang biasa kita lakukan memang lebih cepat diserap dan ditiru ketimbang hanya kita perintahkan untuk dilakukan tapi tanpa contoh….

Selasa, 08 November 2011

Celoteh Jagoanku - 2

Bingung harus mulai cerita dari mana. Karna Abim - ku sayang tambah ajaib. Kelakuannya macem - macem. Mulai dari ritual nangis setiap mau mandi, gak mau berenti mandi klo udah nyemplung di baskom mandinya, gak mau keramas, gak mau pake baju, dll. Pusinggggg.....

Untuk urusan mandi, abim sudah melewati beberapa fase. Fase pasrah klo mo mandi karna masih bayi dan gak bisa bantah. Fase heboh pas lagi mandi, fase ini kira - kira umur 4 bulan - 18 bulan, klo mandi heboh, seneng, semua mobilan dibawa mandi. Yang terakhir fase susah mandi susah berenti. Untuk fase yang satu ini, paling ngeselin. Klo mo mandi harus dibujuk dulu, like "mas, mobil yang ini kan udah lama gak mandi, ajak mandi yuk", or "mas, kita mandi bola yuk" sampai dengan ancaman "klo gak mandi nti dibawa bang Andi -tukang sampah- loh mas..". Susaaaaaahhhhhh..... Trus klo mandi selalu bilang "gak usah pake air panas ya ma", tapi pas mandi protes lagi "dingin ma". @#%$^%$&.

Setelah berhasil ngebujuk Abim mandi, tantangan selanjutnya adalah mandi-in, klo pake air anget Abim protes, tapi pas diguyur pake air dingin, langsung berdiri trus peluk mama..... Abimmmmmmmm mama ikutan mandi, aaarggghhhh. Dan setelah sabunan + keramas selesai, dengan senang hati Abim nyemplung kle baskom yang udah penuh sama air, bola, dan mobil - mobilan. Heboh maen sambil ngarang cerita sendiri. Dan tantangan berikutnya adalah: BUJUK ABIM BUAT UDAHAN MANDINYA, oooo My God... sabar ..... butuh waktu yang cukup pppppaaaannnnjang buat bujuk Abim keluar dari baskom ampe bete. Klo mau ditinggal dikamar mandi sih mending, ini si mama gak boleh kemana - mana, suruh stay di kamar mandi sambil dengerin celotehannya, seneng sih, sambil maen, tapi kan takut si ganteng masuk angin. Selesai dengan urusan berendam, selanjutnya adalah susah pake baju, harus pake acara kejar2an.... *pingsan

Sejak si mama dirumah saja, mas Abim maunya mandi sama mama, si mbak gak laku, asik sih mandiin Abim, tapi gak kuat sama tantangannya...

Tapi ada satu hal yang cukup membanggakan, Abim udah bisa pipis sendiri. akhirnya.... Klo pup, sejak umur 1 tahun-an, Abim udah gak mau pup di pampers, maunya dikamar mandi, tpi klo pipis baru bisa 1 bulan belakangan. Seneng Abim udah belajar gak pake pampers, tapi tetep ada tantangannya, klo Abis pipis, susah pake celana, kya kemaren:

Gw: "mas, pake celana donk..."
Abim: "gak mau"
Gw: "ayo donk mas, ambil celana gih..."
Abim: "mama kan udah besar, udah pinter, ambil sendiri donk mama"
wwwhhhhhhaaatttttt.... *pengen cubit....gemes