Selasa, 29 November 2011

Kok bisa di Caesar sih T_T

Malammmmmmm all,

Malam ini aku mau bagi pengalaman tentang proses persalinanku yang kedua. Pada kesempatan kedua yang diberikan oleh Allah kali ini, ada beberapa hal yang aku sesali, dan itu adalah akibat dari kelalaianku sebagai seorang Ibu, makanya aku share ke temen - temen, biar gak ngalamin hal yang sama, xixixi. Aku melahirkan anak kedua-ku di Rumah Sakit Pusri Palembang, pada Senin, 06 Desember 2010, pukul 22.42 WIB bertepatan dengan 1 Muharram 1432 H. Berbeda dengan proses kelahiran Abim yang cenderung ramai lancar tanpa hambatan (walaupun aku hampir jadi korban dokter gila, nti aku ceritain ya...), kelahiran anak keduaku ini lebih seru. aku butuh waktu 12 jam untuk melahirkan.

Bulan Maret 2010, aku menyadari bahwa aku kembali mengandung, lalu aku dan suami memutuskan untuk mencari dokter yang prakteknya dekat dengan rumah, biar gak repot. Tapi aku gak mau kembali memeriksakan diri di RSUD dekat rumah tempat aku periksa kehamilan waktu hamil Abim, kapok, dan gak mau jadi korban dokter aneh lagi.

Setelah bertanya kanan kiri dan menyimak pengalaman seorang teman yang berdomisili di Jakarta Timur juga, aku memutuskan untuk memeriksakan diri pada dokter yang membantu sang teman pada persalinan pertamanya. Sang dokter praktek di daerah cililitan, dekat PGC. Setelah pulang kerja, aku - pun janjian dengan suami untuk bertemu langsung ditempat praktek sang dokter. Kesan pertama, kok tempat prakteknya gelep ya...jadi menimbulkan kesan suram. Setelah antri cukup lama, tibalah giliranku untuk diperiksa sang dokter, kesan kedua, aduh ini bu dokter, unfriendly sepertinya, cara jawab pertanyaan agak gak bersahabat. Pulang dari periksa, aku bertanya pada suamiku tentang kesannya terhadap sang dokter, tepat seperti yang aku duga, suamiku hanya mengeluarkan satu pernyataan "cari dokter lain aja mam"... :), baiklah papa sayang....

Setelah merasa gak cocok dengan sang dokter, aku gak mau coba - coba lagi, dan suami juga langsung memutuskan agar aku periksa di Hermina aja. Klo dulu Abim lahir di Hermina Depok, maka kali ini
aku periksa ke Hermina Jatinegara. Dengan berat hati gak periksa ke dokter pujaan dan cari dokter lain, Hermina Depok terlalu jauh dari rumah. Di Hermina Jatinegara, aku memeriksakan diri pada Ibu dokter yang sudah cukup berumur, dan aku merasa nyaman ditangani oleh Bu dokter yang satu ini. Sampai umur kandungan 8 bulan, aku selalu rajin memeriksakan diri dan selalu ditemani oleh suami tercinta. Alhamdulillah, aku dan bayi dalam kandunganku sehat. Bu dokter yang baik, ramah dan selalu tersenyum membuat aku nyaman dan tenang. Setiap kali periksa, beliau selalu bilang klo kandunganku baik - baik saja, bayinya sehat dan semuanya normal. Lalu beliau menulis resep dan berpesan agar aku tak lupa untuk minum vitamin yang beliau berikan. Aku - pun tidak banyak bertanya dan merasa puas dengan pernyataan dari Bu dokter.

Memasuki usia kandungan 9 bulan, aku memutuskan untuk melahirkan di Palembang. Dengan alasan kasihan Abim yang masih terlalu kecil, klo di Palembang, ada kakek - nenek serta om dan tantenya yang bisa mengalihkan perhatiannya, yang bisa memberinya perhatian lebih, sehingga Abim tidak perlu  merasa kekurangan perhatian dan merasa tersaingi oleh kehadiran sang adik. Alhamdulillah, suamiku memberi izin, jadilah aku dijemput papa dan mama, suamiku juga ikut mengantar ke Palembang. Saat baru tiba untuk menjemputku di jakarta, mama mengaku kaget melihat perutku yang menurut mama terlalu besar. Bahkan mama sempat mengira klo aku mengandung anak kembar, haduh...

Sesampai di Palembang, aku langsung memeriksakan diri ke salah satu dokter kandungan yang "punya nama" di Palembang. Tapi baru periksa sekali, aku langsung emoh periksa kesana lagi, karna sang dokter ragu kalau aku bisa melahirkan lewat persalinan normal. Aduh....aku gak mau di caesar, pindah dokter aja.... Begitu pindah dokter yang kedua, pak dokter ganteng cuma bilang "InsyaAllah, moga2 bisa lewat proses normal", tambah syok.... Beberapa hari menjelang persalinan, aku mulai ragu dan mulai dapet felling  klo bakal di caesar, tapi aku gak mau pasrah, aku tetep harus usaha lahiran spontan.

Tibalah hari H, pukul 10 pagi air ketuban mulai merembes, lalu ditemani tante, aku segera ke RS. Pusri, suamiku saat itu berada di Jakarta dan baru akan tiba di Palembang sore hari. Pukul 1 siang, pembukaan sudah mencapai bukaan 6, Alhamdulillah, tapi setelah itu kok gak nambah - nambah ya? aku berusaha tenang dan mikir positif, "si dedek nunggu papa dateng kali ya, kan papa dah janji mau nemenin mama pas lahiran". Saat adzan Maghrib berkumandang, suamiku tiba di rumah sakit. Dan si dedek seolah tau klo papa dah dateng, bukaan yang tadinya gak mau nambah, perlahan tapi pasti menuju bukaan 9. Dannnnn.....bukaan lengkap tepat pukul 10 malem, and then:
Bidan: "ayo ngeden bu"
Aku: "gak bisa bu"
Bidan: "ibu masih inget kan caranya?"
Aku: "masih"
Bu Bidan memegang perutku, "mulesnya ilang ya bu", aku hanya mengangguk.
"sebentar ya bu, saya panggil dokternya dulu"
Pak Dokter dateng dan langsung periksa, "maaf bu, harus caesar"
Aku langsung lemes, pasrah, gak ada jalan lain...

Setelah operasi selesai, aku baru tau kenapa harus operasi, si dedek kebesaran, jadi susah gerak dan gak bisa keluar. Ya Allah... berat 4.2 Kg dan panjang 53 cm....hehehe

Setelah aku runut ke belakang, aku menyadari, ini adalah buah dari kelalaianku. Selama hamil aku tak pernah banyak bertanya pada dokter kandunganku. Bu Dokter selalu bilang semua baik - baik saja. Pernyataan dari bu dokter, membuat aku tidak pernah bertanya tentang beberapa hal:
1. berapa berat bayi yang aku kandung?
2. bisakah kulahirkan lewat persalinan spontan?
3. perlukah aku mengurangi jumlah makanan yang aku santap ?
Tak satupun dari tiga pertanyaan tersebut aku tanyakan, karna aku merasa semua baik - baik saja. Dan kalau aku ingat lagi pengalamanku waktu melahirkan Abim, melahirkan tidaklah sulit. Hal itu juga yang membuat aku gak kapok dan langsung hamil lagi. Haduh..... Dan aku juga menyesalkan, kenapa bu dokter cantik tidak pernah mengingatkan. Tapi sudahlah, percuma disesali, diambil hikmahnya saja. Yang penting aku dan si dedek sehat selamat.

Jadi buat teman - teman para calon ibu, klo periksa kehamilan, banyak - banyak tanya, biar semua berjalan normal dan lancar seperti yang kita harapkan ^_^

4 komentar:

  1. di print usg biasanya ada tercantum bobot janin kan ya.. klo aku suka liat di situ trus disamain ama umur kandungan klo msh wajar gak perlu diet :))

    BalasHapus
  2. hihihi...ternyata hampir yang ado nyaingi..ini bukan karna lalai atau apa tapi si arsa swaktu msh dlm perut minta makannnn terus..kl idak makan emaknyo dibikin keringet dingin kyk mau pingsan :(

    BalasHapus
  3. so sweet lian, pe terharu ney bacanya....ternyata dirimu punya bakat menulis juga ya..sip..sip...anyway 2 jagoan km lucu2 buanget...

    BalasHapus
  4. Mbak Riri: xixixi, iya mbak, aku nya emang kemaren lalai banget.... :)
    orie: lagian arsa dah masuk jalan lahir kan rie, mau dak mau harus ngeden sekuat tenaga
    rima: makasih y rim, kpn ni kita copy darat

    BalasHapus